Minggu, 18 Januari 2015

TANGAN ALLAH BERSAMA AL JAMAAH

 حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ ابْنِ طَاوُسٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَهَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

Tangan Allah bersama Al Jama'ah. Dan hadits ini gharib dari jalur sanad ini, kami tak mengetahuinya dari hadits Ibnu Abbas kecuali dari jalur sanad ini. [HR. Tirmidzi].
Hadits ini diriwayatkan oleh:
– Imam at-Tirmidzi, dalam Sunannya, Bab Maa Ja’a fi Luzumil Jamaah, No. 2167
– Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, Bab Raddul Bida’ wal Ahwa’, 1/215
– Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak, Kitabul ‘Ilmi, No. 397

Hadits ini, menurut Syaikh al-Albani adalah SHAHIH, khususnya sampai kalimat: ….tangan Allah bersama Jamaah.” Sedangkan tambahan kalimat: barang siapa yang menyempal .. dst, adalah dhaif. (Jami’ush Shaghir wa Ziyadatuhu No. 1848)

Siapakah Jamaah yang dimaksud? Berikut penjelasan dalam Sunan at-Tirmidzi:

 وتفسير الجماعة عند أهل العلم هم أهل الفقه والعلم والحديث، وسمعت الجارود بن معاذ يقول: سمعت علي بن الحسن، يقول: سألت عبد الله بن المبارك: من الجماعة؟ فقال: أبو بكر وعمر، قيل له: قد مات أبو بكر وعمر، قال: فلان وفلان، قيل له: قد مات فلان وفلان، فقال عبد الله بن المبارك: أبو حمزة السكري جماعة: وأبو حمزة هو محمد بن ميمون وكان شيخا صالحا، وإنما قال هذا في حياته عندنا


Tafsir tentang makna al-Jamaah menurut para ulama adalah mereka para ahli fiqih, ahli ilmu, dan ahli hadits. Aku mendengar al-Jaruud bin Mu’aadz berkata: Aku mendengar Ali bin al-Hasan berkata: aku bertanya kepada Abdullah bin al-Mubarak: Siapakah al-Jamaah?” Beliau menjawab: “Abu Bakar dan Umar.” Lalu dia katakan kepadanya: “Abu Bakar dan Umar telah wafat.” Beliau menjawab: “Fulan dan Fulan.” Dikatakan kepadanya: “Fulan dan Fulan juga telah wafat.” Abdullah bin al-Mubarak menjawab: Abu Hamzah as-Sukkari adalah Jamaah. Abu Hamzah adalah Muhammad bin Maimun, dia seorang syeikh yang shalih, dan bagi kami konteks jawaban Beliau (Abdullah bin al-Mubarak) ini adalah pada zamannya. (Sunan at-Tirmidzi, 4/467. Cet. 2. 1395H-1975M. Tahqiq dan Ta’liq: Syaikh Ahmad Syakir, Syaikh Fuad Abdul Baqi, Syaikh Ibrahim ‘Athwah. Penerbit: Mushthafa al-Babiy al-Halabiy, Mesir)

“Maka bisa dikatakan jamaah kaum muslimin yakni  setiap mereka yang berkumpul dibawah satu pemimpin pada satu waktu” 

Setiap Al Jamaah yang berkumpul diatas sebuah kesepakatan harus ada pemimpin yang ditaati semua pihak, Ibnu Taymiyah berkata “Maka bisa dikatakan jamaah kaum muslimin yakni  setiap mereka yang berkumpul dibawah satu pemimpin pada satu waktu,  Nabi saw berpesan kepada sahabat Huzaifah Al yaman dalam hadistnya yang panjang,
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ.

....Ikutilah Jamaah Kaum muslimin dan pemimpin mereka (Mutafaqun ‘alaihi)

Arti Luzum (mengikuti) disini bukan mengikuti dalam keyakinan dan Dien nya, akan tetapi mengikuti Jihad dan Amalnya (Ibnu Taimiyah, harakah Jihad, hal 20) sebagaimana hadist,
 لاَ طَاعَةَلِمَنْ عَصَى اللَّهَ
...maka tidak ada ketaatan pada seorang (pemimpin) yang memaksiati Allah.”
(HR.Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan Ibnu Majah dalam bab Laa Tha’ata fi Ma’shiyatillah: II/202)

Pertolongan Allah SWT terwujud bila kaum muslimin bersatu
Telah menjadi hukum dan sunatullah dalam kehidupan, bahwa jika suatu kaum itu bersatu, maka kaum itu akan menang, tidak kira apakah kaum itu beriman ataupun kufur. Sebaliknya, jika suatu kaum itu berpecah belah sesama mereka, berperang sesama mereka, menyakiti sesama mereka, maka pastilah kaum itu akan kalah, walaupun kaum itu beriman kepada Allah subhana wa Ta’ala.

Firman Allah ta’ala “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu akan menjadi gentar dan kekuatanmu akan hilang.” (QS.Al Anfal:46)

”Dan berpeganglah kamu kepada tali Allah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (Qs.Ali imran:103)

Bukti bahwa umat Islam akan kalah jika berpecah atau berselisih paham adalah kekalahan dalam perang Uhud. Sejak perang yang pertama dalam Islam seperti perang Badar, walaupun kekuatan umat Islam sedikit, dengan persenjataan yang minimum, tetapi karena umat Islam bersatu menghadapi musuh dan tidak berselisih faham, maka umat Islam pasti akan menang; tetapi sewaktu umat Islam berselisih faham dalam perang Uhud, dimana pasukan diatas bukit yang diperintahkan untuk berjaga-jaga walau dalam keadaan apapun juga berselisih sesama mereka karena melihat pasukan Islam yang di bawah telah mendapatkan harta peninggalan perang, sehingga sebahagian mereka meninggalkan kedudukan di atas bukit walaupun dalam pasukan tersebut ada Rasulullah, ada sahabat yang beriman, tetapi disebabkan pasukan telah berselisih faham, maka pasukan Islam mengalami kekalahan.

Sejarah telah mencatat bahwa Islam kuat sewaktu mereka bersatu seperti umat Islam zaman Rasulullah saw, umat Islam zaman Khalifatu rosulillah Abu Bakar ra, umat Islam zaman Amirul Mu’minin Umar bin Khatab ra hingga Khalifah Rasydah berakhir, berlanjut  zaman keemasan di Baghdad, umat Islam zaman kejayaan di Spanyol dan umat Islam di akhir dinasti Uthmaniyah.

Tetapi sejarah juga telah mencatat bahwa kehancuran Islam tidak pernah terjadi karena kekuatan musuh, tetapi semuanya terjadi karena perpecahan antara umat Islam sendiri.

Jatuhnya zaman khalifah Rasydah ke tangan dinasti Umayyah, juga karena perpecahan. Hancurnya Dinasti Abbasiyah, jatuhnya Baghdad ketangan mongolia juga karena perpecahan, sehingga sebahagian umat Islam berkonspirasi dengan musuh untuk menjatuhkan khilafah.

Kehancuran Islam di Spanyol juga bukan karena kehebatan musuh, tetapi karena perpecahan yang terjadi di antara umat Islam, sehingga diantara mereka ada yang bersekongkol dengan negara musuh yang beragama Nasrani untuk menghancurkan Granada.

Kehancuran Turki Uthmaniyah dan kejatuhan pemerintahan khalifah juga bukan karena kekuatan musuh barat, tetapi karena kelompok Mustafa Kemal Attarurk berkonspirasi dengan Inggris sehingga menjatuhkan khalifah.

Demikian kiranya semoga dapat menyadarkan diri kita semua tentang kejayaan dan campur tangan yang Allah swt janjikan kepada kaum muslimin yang mau bersatu dalam satu kepemimpinan Al Jamaah yakni Khilafah Islamiyah.


Allohu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar