IMAM
menurut bahasa merupakan "masdar" dari kata kerja AMMA yang
berarti mendahului
contoh : "AmmaHum taqoddama Hum wa Hiyal imaamahu"
mendahului mereka dan itulah imam
maka Imam berarti : Setiap orang yang diikuti baik pemimpin atau yang lainya
Ibnu Manzur berkata (kamus lisanul’arab) : "Imam ialah setiap yang diikuti oleh orang-orang,
apakah itu ada pada jalan yang lurus atau jalan yang sesat."
Dari Tsauban, Rasulullah saw bersabda:
contoh : "AmmaHum taqoddama Hum wa Hiyal imaamahu"
mendahului mereka dan itulah imam
maka Imam berarti : Setiap orang yang diikuti baik pemimpin atau yang lainya
Ibnu Manzur berkata (kamus lisanul’arab) : "Imam ialah setiap yang diikuti oleh orang-orang,
apakah itu ada pada jalan yang lurus atau jalan yang sesat."
Dari Tsauban, Rasulullah saw bersabda:
“وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي َاْلأَئِمَةَ الْمُضِلِّينَ
Sesungguhnya
yang paling aku takutkan dari umatku adalah para imam yang
menyesatkan.”
(HR. Tirmidzi 2155 dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
Shahihul Jami’ 2316).
# ISTILAH
AMIRUL MUKMININ
Istilah Amirul Mukminin pertama sekali diberikan kepada kholifah Umar bin Khatab yang menggantikan Kholifatatu Rosulullah yakni Abu Bakar sidiq.. sebab orang arab tidak mungkin member gelar kholifah kholifaturosulillah kepada Umar bin Khatab..
Istilah Amirul Mukminin pertama sekali diberikan kepada kholifah Umar bin Khatab yang menggantikan Kholifatatu Rosulullah yakni Abu Bakar sidiq.. sebab orang arab tidak mungkin member gelar kholifah kholifaturosulillah kepada Umar bin Khatab..
فقال: حدثتني الشفاء، وكانت من المهاجرات الأول، أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه كتب إلى عامل العراق، بأن يبعث إليه رجلين جلدين يسألهما عن العراق وأهله، فبعث عامل العراق بلبيد بن ربيعة وعدي بن حاتم، فلما قدما المدينة أناخا راحلتيهما بفناء المسجد ثم دخلا المسجد فإذا هما بعمرو بن العاص، فقالا: استأذن لنا يا عمرو على أمير المؤمنين، فقال عمرو: أنتما والله أصبتما اسمه، هم الأمير ونحن المؤمنون، فوثب عمرو فدخل على عمر أمير المؤمنين فقال: السلام عليك يا أمير المؤمنين. فقال عمر: ما بدا لك في هذا الاسم يا ابن العاص؟ لتخرجن مما قلت: فأخبره و قال : أنت أمير, ونحن المؤمنون, فجرى الكتاب بذلك من يومئذ.
Abu
Bakar bin Sulaiman berkata: Asy-Syifa' -seorang wanita muhajirat-
berkata bahwa setiap kali menulis surat, Abu Bakar akan memulainya
dengan kalimat: "Dari Khalifah Rasulullah." Sedangkan Umar
memulai dengan "Dari Khalifah khalifah Rasulullah." Hingga
suatu waktu Umar menulis surat kepada pejabat di Irak untuk mengutus
dua orang yang kuat agar dia bertanya ttg Irak dan masyarakatnya.
Pejabat itu mengutus Lubaid bin Rabi'ah dan 'Adi bin Hatim kepada
Umar. Keduanya lalu menuju Madinah dan masuk masjid Nabawi. Kedua org
tadi brtemu dg 'Amr bin 'Ash. Mereka berkata: "Bantulah kamu
meminta izin kepda Umar hingga kami dapat bertemu dg Amirul
Mukminin."
'Amr berkata: "Demi Allah, nama yang kalian berdua katakan sangat cocok untuk Umar."
Kemudian 'Amr masuk menemui Umar. Dia berkata, "Assalamu'alayka ya Amirul Mukminin".
Umar berkata: "Apa yg terbetik dibenakmu dg nama ini? Beritahukanlah kepadaku apa yg mendorongmu memanggilku dg sebutan tadi."
"Amr memberitahukan apa yg terjadi, dan dia berkata. "Kami adalah kaum mukminin, dan engkau adalah Amir (pemimpin) kami". Dan sejak saat itulah surat-surat yang dikirimkan Umar bin Khatthab menngunakan nama tersebut. [Tarikh Khulafa, Darul Ghad Al-Jadid, hal. 144]
'Amr berkata: "Demi Allah, nama yang kalian berdua katakan sangat cocok untuk Umar."
Kemudian 'Amr masuk menemui Umar. Dia berkata, "Assalamu'alayka ya Amirul Mukminin".
Umar berkata: "Apa yg terbetik dibenakmu dg nama ini? Beritahukanlah kepadaku apa yg mendorongmu memanggilku dg sebutan tadi."
"Amr memberitahukan apa yg terjadi, dan dia berkata. "Kami adalah kaum mukminin, dan engkau adalah Amir (pemimpin) kami". Dan sejak saat itulah surat-surat yang dikirimkan Umar bin Khatthab menngunakan nama tersebut. [Tarikh Khulafa, Darul Ghad Al-Jadid, hal. 144]
#ISTILAH
KHOLIFAH
istilah kholifah itu bukan buatan Sahabat, apalagi para
fuqaha’, melainkan istilah yang telah
diadopsi oleh Rasulullah dari pola kepemimpinan Nabi sebelumnya, sebagaimana dalam
hadis-hadis:
diadopsi oleh Rasulullah dari pola kepemimpinan Nabi sebelumnya, sebagaimana dalam
hadis-hadis:
وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِيْ وَسَتَكُوْنُ خُلَفَاءَ فَتَكْثُرُ
Bahwa tidak ada nabi setelahku dan akan ada para khalifah, jumlah mereka pun banyak (HR
Muslim, Shahih Muslim no. 3429)
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا
ثُمَّ تَكُونُ خِلافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ….ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ
النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Akan ada di tengah-tengah kalian era Kenabian, dengan kehendak Allah ia akan tetap ada,
kemudian Dia pun mencabutnya, jika Dia berkehendak untuk mencabutnya. Kemudian akan
ada Khilafah yang mengikuti tuntunan Kenabian…dst….Selanjutnya akan ada Khilafah yang
mengikuti tuntunan Kenabian.” Lalu Beliau pun diam. (Ahmad, Musnad Ahmad, hadis no.
17680.)
Masih banyak hadis lain yang menggunakan kedua istilah tersebut secara sharîh (jelas), yaitu
khulafa’ (jamak dari khalîfah) dan khilâfah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar