Rangkaian Peristiwa
di padang Mahsyar merupakan salah satu rukun dari rukun
iman, yakni
Iman
kepada hari Akhir dan salah satu ‘aqidah dari ‘aqidah Islam yang pokok, karena
masalah kebangkitan di akhirat merupakan landasan berdirinya ‘aqidah setelah
masalah ke-Esaan
Alloh Subhanahu wata’ala (Tauhidulloh).
Karena pentingnya keyakinan terhadap hari yang agung ini, Alloh
Ta’ala seringkali menghubungkan iman kepada-Nya dengan iman kepada hari Akhir,
sebagaimana firman-Nya :
}§ø©9 §É9ø9$# br& (#q9uqè? öNä3ydqã_ãr @t6Ï% É-Îô³yJø9$# É>ÌøóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §É9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöquø9$#ur ÌÅzFy$#
“Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Alloh, hari Akhir....” [Al-Baqarah: 177]
Iman
kepada segala hal yang terjadi pada hari Akhir dan tanda-tandanya merupakan
keimanan terhadap hal ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, dan tidak ada
jalan untuk mengetahuinya kecuali dengan nash yakni melalui wahyu Al Qur’anul karim dan petunjuk Nabi
Muhammad saw yakni dalam Hadist shahih.
Dari beberapa petunjuk hadist Shahih berikut ini
dapat kita ketahui beberapa peristiwa dipadang mahsyar, yakni :
1. Keadaan manusia tatkala bertemu dengan
Alloh Ta’ala di Padang Mahsyar dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak
berpakaian dan belum dikhitan. (HR.
Muslim,
no. 5102, HR. Bukhari,
no. 6043) Meskipun demikian, akhirnya mereka diberi
pakaian juga (HR. Bukhari,
no. 4371)
adapun pakaian yang dikenakannya ketika
itu adalah pakaian yang dikenakan ketika mati (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya. Hadits ini dinilai shahih oleh
al-Albani dalam Shohiih at-Targhib wat-Tarhib, no. 3575)
2.
Manusia digiring ke Padang Mahsyar
dengan berbagai kondisi yang berbeda sesuai dengan amalnya. Ada yang digiring
dengan berjalan kaki,
namun tidak sedikit yang diseret di atas
wajah-wajah mereka (HR. Bukhari,
no. 6042 dan Muslim, no. 5020,
HR. At Tirmidzi )
Abu
Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa ada seseorang berkata kepada
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa
orang kafir digiring di atas wajah mereka pada hari Kiamat?” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bukankah Rabb yang membuat seseorang
berjalan di atas kedua kakinya di dunia, mampu untuk membuatnya berjalan di
atas wajahnya pada hari Kiamat?!” Qatadah mengatakan, “Benar, demi kemuliaan
Rabb kami.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6042 dan Muslim,
no. 5020)
3. Matahari didekatkan sejauh satu mil dari manusia, sehingga manusia berkeringat,
hingga keringat tersebut menenggelamkan mereka sesuai dengan amalan
masing-masing ketika di dunia. (HR.
Muslim,
no. 2864)
“Pada
hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal
sejauh satu mil.” –Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata: “Demi Allah,
aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan,
atau alat yang dipakai untuk bercelak mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Sehingga manusia tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar
amal-amalnya (yakni dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai
kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai
pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan tangan ke
mulut beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2864)
Namun diantara peristiwa yang dahsyat tersebut pada waktu yang sama
terdapat segolongan
manusia yang mendapat
naungan oleh Alloh SWT, sebagaimana
sabda Nabi saw :
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah
dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya
naungan-Nya semata.
1.
Imam (pemimpin) yang adil.
2.
Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
3.
Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
4.
Dua orang yang saling mencintai karena Alloh, dimana keduanya berkumpul dan
berpisah
karena
Alloh.
5.
Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang
berkedudukan lagi
cantik
rupawan, lalu ia mengatakan: “Sungguh aku takut kepada Alloh.”
6.
Seseorang yang bershodaqoh lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui
apa
yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
7.
Dan orang yang berdzikir kepada Alloh
di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.”
(Hadits shahih.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Fathul
baari II/143 dan Muslim, no. 1031).
segolongan lain yang juga akan
mendapatkan naungan Arsy-Nya adalah:
مَنْ
أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
“Barangsiapa
yang memberi kelonggaran kepada orang yang sedang kesulitan (membayar hutang)
atau membebaskan (hutang tersebut) darinya, niscaya Allah l akan menaunginya
dalam Arsy-Nya.” (HR.
Muslim no. 3006)
Telaga Nabi Muhammad saw dan dua golongan umat yang
dipisahkan :
Setiap seorang nabi di padang Mahsyar mempunyai sebuah
telaga (danau) yang akan dijadikan tempat minumnya sendiri beserta sekalian
ummatnya, yakni setelah selesai perjalanan dipadang mahsyar sebelum melewati
shirot (Fathul Bari’, XI/466) Dua golongan ummat yang akan dipisahkan yakni segolongan
ummat yang membuat bid’ah dalam agama/ad din dan segolongan ummat yang taat dan
membenarkan para penguasa dzolim yang tidak berhukum berdasarkan kitabulloh.
Golongan
pertama diceritakan dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Aku
adalah pendahulu kalian menuju telaga. Siapa saja yang melewatinya, pasti akan
meminumnya. Dan barangsiapa meminumnya, niscaya tidak akan haus selamanya.
Nanti akan lewat beberapa orang yang melewati diriku, aku mengenali mereka dan
mereka mengenaliku, namun mereka terhalangi menemui diriku.”“Aku
berkata: “Mereka termasuk umatku!” Namun muncul jawaban: “Engkau tidak
mengetahui perkara yang mereka ada-adakan (dalam agama ini) sepeninggalmu.”
Akupun berkata: “Menjauhlah, menjauhlah, bagi orang yang mengubah (ajaran agama/ad-din) setelahku.” (Hadits shohih.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6097)
Golongan kedua diriwayatkan dari
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
“Akan ada sepeninggalku para penguasa yang
berdusta lagi zholim. Siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu
mereka dalam kezholimannya, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari
golongannya. Dan dia tidak akan (diijinkan) datang ke telagaku. Sebaliknya,
siapa yang tidak membenarkan dan tidak membantu kezholiman mereka, maka dia
dari golonganku dan aku dari golongannya, serta dia akan datang ke telagaku.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad, V/384. Al-Albani mengatakan dalam kitabnya, Zhilalil
Jannah, no. 759, bahwa sanadnya bagus).
Demikianlah, Sesungguhnya
jika manusia beriman kepada Alloh dan hari Akhir, dan beriman kepada apa yang
ada di dalamnya berupa pahala dan siksaan adalah sesuatu yang benar-benar
mengarahkan prilaku manusia kepada jalan yang benar. Tidak ada satu
undang-undang pun yang dibuat manusia, mampu menjadikan prilaku manusia lurus
dan istiqamah sebagaimana yang dihasilkan oleh iman kepada hari Akhir.
Oleh karenanya, ada perbedaan yang sangat nampak
antara prilaku orang yang beriman kepada Alloh dan hari Akhir, dia mengetahui
bahwasanya dunia adalah ladang bagi kehidupan akhirat, juga mengetahui
bahwasanya amal shalih adalah bekal hari Akhir,
Allohu’alam