Rabu, 30 Januari 2013

KEWAJIBAN MENEGAKKAN AGAMA

بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ



شَرَعَ لَكُم مِنَ الدّينِ ما وَصّىٰ بِهِ نوحًا وَالَّذى أَوحَينا إِلَيكَ وَما وَصَّينا بِهِ إِبرٰهيمَ وَموسىٰ وَعيسىٰ ۖ أَن أَقيمُوا الدّينَ وَلا تَتَفَرَّقوا فيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى المُشرِكينَ ما تَدعوهُم إِلَيهِ ۚ اللَّهُ يَجتَبى إِلَيهِ مَن يَشاءُ وَيَهدى إِلَيهِ مَن يُنيبُ 

Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya).  QS. Ash-shura : 13


Sesungguhnya Agama Islam (Dienul Islam) itu Satu dan wajib untuk ditegakkan, yang diwasiatkan sejak nabi Adam AS kepada setiap Nabi dan Rosul selanjutnya, mulai dari Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS dan Isa AS yakni Din yang merupakan pokok-pokok Aqidah dan Rukun Iman yang bersumber pada kitabulloh Azawajalla. 
Disebutkan didalam kitab Shahih Bukhori, dari Abu Hurairah RA, Bahwa Rosululloh SAW pernah bersabda :
 "Kami para Nabi adalah Saudara-saudara yang berlainan Ibu, tetapi Din (agama) kami satu"
Makna yang dimaksud adalah ajaran Tauhid yang diperintahkan Allah SWT  kepada semua Rosul yang diutus-Nya dan terkandung dalam semua kitab yang diturunkan-Nya, seperti yang disebutkan oleh Firman Allah Ta'ala :

 وَما أَرسَلنا مِن قَبلِكَ مِن رَسولٍ إِلّا نوحى إِلَيهِ أَنَّهُ لا إِلٰهَ إِلّا أَنا۠ فَاعبُدونِ

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: ""Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku" QS.Al-Anbiya (21) : 25 

وَلَقَد بَعَثنا فى كُلِّ أُمَّةٍ رَسولًا أَنِ اعبُدُوا اللَّهَ وَاجتَنِبُوا الطّٰغوتَ

dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ""Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.. QS. An-Nahl (16) : 36  hingga akhir ayat

Adapun cabang-cabang Din atau Syareatnya yang berupa amalan setiap Nabi dan Rosul berbeda-beda sesuai dengan keadaan mereka pada waktu itu,  Sa'id Ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan Firman Allah Ta'ala : 
لِكُلٍّ جَعَلنا مِنكُم شِرعَةً وَمِنهاجًا ۚ
"Untuk tiap-tiap Ummat diantara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.". (QS. Al'maidah (5) : 48

Menurut suatu pendapat, orang yang diajak bicara oleh ayat ini adalah ummat ini, yakni Ummat Nabi Muhammad SAW, makna yang dimaksud ialah "untuk tiap-tiap orang dari kalian yang termaksud dalam ummat ini, kami jadikan Al'Quran sebagai tuntunanya". Dengan kata lain Al'Quran adalah buat kalian semuanya sebagai panutan kalian, Damir yang Mansub dalam firman-Nya  لِكُلٍّ جَعَلنا مِنكُم yaitu ja'alnahu yang artinya "kami jadikan Qur'an sebagai syareat dan tuntunanya untuk menuju ketujuan yang benar dan sebagai tuntunan, yakni jalan yang jelas lagi gamblang". Demikianlah menurut ringkasan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Mujahid. 


SYARIAT NABI DAHULU HANYA UNTUK JADI IBROH

Syari'at para nabi dan rasul sebelum Rasululloh Muhammad saw itu tidak boleh kita laksanakan kecuali syari'at itu diteruskan atau dibolehkan oleh Rasululloh saw. Karena kita hanya boleh merujuk kepada Rasululloh saw saja, bukan nabi sebelumnya.

Rasululloh bersabda :

"Syari'at sebelumku adalah bukan syari'atku"

Jadi kita tidak boleh melakukan bunuh diri dalam rangka untuk taubat seperti taubatnya ummat Nabi Musa. Atau kita tidak boleh menjadi raja dari golongan jin seperti yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman. Atau kita tidak boleh bergabung dalam sistem kufur seperti halnya yang dilakukan Nabi Yusuf sebagai pengatur logistik di kerajaan Fir'aun. Karena itu semua tidak dilakukan kembali oleh Rasululloh Muhammad saw.

Rasululloh pernah menegur Umar bin Khattab yang kedapatan sedang membaca Taurat. "Andai saja saudaraku (Musa as.) masih ada, niscaya dia akan mengikutiku".

Begitu pula Nabi Isa as. yang diturunkan kembali di akhir jaman, adalah bukan untuk membawa risalah baru. Namun meluruskan risalah Rasululloh saw yang telah dilanggar oleh ummatnya. Ketika Nabi Isa as. turun di Damaskus setelah dibai'atnya Imam Mahdi menjadi khalifah, maka beliau melakukan shalat di masjid. Ketika itu, Nabi Isa as dipersilahkan menjadi imam shalat, namun beliau menolaknya. Dan setelah selesai shalat, beliau berdiri dibelakang Imam Mahdi berperang melawan Dajjal.

Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu hanya sebagai ibroh saja bagi Rasulullah dan ummatnya. Bukan untuk diterapkan syari'atnya. Sebab tidak ada satu qarinahpun yang bersifat jazm (tegas) dan memperkuat dalil2 tersebut agar kita menerapkan syari'at nabi dan rasul terdahulu.

Dengan demikian kita hanya merujuk kepada Rasulullah Muhammad saw. saja. Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلآخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيراً

ArtinyaSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Dalam ayat ini membuktikan bahwa hanya Rasulullah saw saja sebagai suri tauladan kita.

Dalam ayat yang lain :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

Artinya :Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran ayat 31)

Ayat ini diawali dengan fi'il amr Qul, dan ditujukan kepada Rasulullah Muhammad saw, bukan kepada nabi dan Rasul sebelumnya. agar mengatakan kepada ummatnya untuk mengikuti (Ittiba) Rasulullah saw jika mereka mencintai Allah.


Wallahu'alam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar