Bismillah
Syuhada (شُهَداء)
merupakan bentuk jamak dari
syahid (شَهيد) menurut ulama adalah mereka
yang hilang nyawanya demi meninggikan (memperjuangkan) kalimat Allah SWT [Kitab Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiq-hil
Jihaad, hal 172].
Firman Allah Ta’ala :
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ
قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ
يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup di sisi Rabb-Nya dengan mendapat rezeki. QS. Ali Imron: 169.
Syekh Abdurrahman As-Sa’di berkata: Artinya berjihad melawan musuh-musuh agama Allah subhanahu
wata’ala, dalam rangka meninggikan kalimat Allah. (أَمْوَاتًا) yang bermakna mati maksudnya adalah janganlah tersirat
di dalam benakmu dan prasangkamu bahwa mereka telah mati dan sirna serta telah
menghilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan dari bersenang-senang
dengan kemegahan hidup dunia, karena dengan mati di jalan Allah, mereka mendapatkan
apa yang lebih besar dari apa yang menjadi impian bagi setiap muslim yaitu
mereka hidup di sisi Rabb
mereka dan mereka diberikan rizki dengan berbagai kenikmatan yang tidak
merasakan keindahannya kecuali oleh orang yang diberikan nikmat oleh Allah dengannya”.
[Tafsir As-Sa’di, halaman:124] baca pula
QS. Ali Imron (3):169-174
Para Syuhada berada pada
tempat yang paling tinggi di sisi Rabb mereka. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dari Ibnu Abbas
radhiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Para syuhada berada pada bagian
tertinggi surga di pintu surga, pada sebuah kubah berwarna hijau, rizki mereka
dari surga keluar darinya baik pada waktu pagi atau siang. (Musnad
Ahmad bin Hambal 4/220 no: 2390 dan Ibnu Katsir berkata di dalam kitab
tafsirnya: 1/142 dan isnadnya jayyid)
Orang yg mati syahid mendapatkan enam hal di sisi
Allah: Diampuni dosa-dosanya sejak pertama kali darahnya mengalir,
diperlihatkan kedudukannya di surga, diselamatkan dari siksa kubur, dibebaskan
dari ketakutan yg besar, dihiasi dgn perhiasan iman, dikawinkan dgn bidadari
& dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang kerabatnya. [HR. Ibnumajah No.2789].
Semua keutamaan yang disebutkan di atas berupa Ayat Al Qur’an maupun Al Hadist tidak diberikan kecuali kepada mereka yang
berjihad di jalan Allah SWT untuk menegakkan kalimat-Nya dan membela
agama-Nya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari
Abi Musa Al-Asya’ari berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad saw dan berkata: Seorang lelaki
yang berperang untuk mendapatkan harta rampasan, dan seorang lelaki yang
berperang untuk dikenang, dan seorang lelaki yang berperang untuk diketahui posisinya lalu siapakah
yang berjuang di jalan Allah?. Rasulullah saw bersabda: Orang yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi
maka dialah yang berperang di jalan Allah” (HR. Al-Bukhari no. 2810 dan Muslim no: 1904)
Adapun orang yang berperang di bawah panji-panji
buta, nasionalisme, fanatisme atau kebebasan atau slogan-slogan palsu lainnya
maka dia sama seperti apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw di dalam hadits riwayat Muslim di
dalam kitab shahihnya: Barangsiapa
yang berperang di bawah panji buta yang menyeru kepada fanatisme atau membela
fanatisme maka kematiannya adalah kematian jahiliyah”. (HR. Muslim no: 1850)
Mati
syahid tidak selalu diidentikan dengan mati di medan pertempuran, kembali
kepada kesungguhan hati berupa niat yang tulus ikhlas dalam menegakkan kalimat
Allah membuktikan ketaatan kepada Allah, Rosululloh dan ulil amri minkum
sekalipun mati diatas ranjang syahid insya Allah didapat. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam
kitab shahihnya dari Sahl bin Hunaif dari bapakanya bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan sebenarnya,
maka Allah akan menyampaikannya pada tingkat orang yang
mati syahid sekalipuin dirinya mati di atas ranjang tidurnya” (HR.
Muslim no: 1909)
“Dari Abu Hurairah r.a, katanya, Rasulullah saw
bersabda: Apa yang kalian ketahui tentang syahid?” Sahabat r.a menjawab:
Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid” Lalu Rasulullah saw
bersabda: “Kalau begitu syahid di kalangan ummat ku sedikit”, Sahabat r.a
berkata lagi, kalau begitu siapakah mereka ya Rasulullah ? Rasulullah saw
bersabda: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, barang siapa
yang mati di jalan Allah, maka dia syahid, barangsiapa yang mati karena cacar
maka dia syahid, siapa yang mati terkena diare dia syahid ” (Shahih
Muslim, Kitaabul Imaarah no. Hadist 3539)
Imam Nawawi dalam syarah
hadits Muslim diatas menyebutkan: Para ulama berkata: “Yang
dimaksudkan syahid diatas adalah selain syahid Fie sabilillah (terbunuh ketika
berperang di jalan Allah), mereka itu di akhirat memperoleh pahala para
syuhada. Adapun di dunia, mereka dimandikan dan dishalatkan, dalam kitab Al-Iman telah dijelaskan
masalah ini.
Adapun syuhada, terbagi
kedalam Tiga jenis:
1.
Syahid Dunia Akhirat
Yang dimaksud syahid dunia
akhirat adalah orang yang terbunuh ketika berperang di jalan Allah dengan niat
yang ikhlas, tidak ada unsur riya, tidak juga berbuat ghulul (mencuri harta
rampasan perang). Jenis inilah yang merupakan syahid yang sempurna dan syahid
yang paling utama, baginya pahala dari sisi Allah Yang Maha Agung. Soal niat
ikhlas atau tidaknya, hanya dia yang bersangkutan dan Allah yang tahu. Manusia
hanya menghukumi secara zhahir bahwa dia mati terbunuh di jalan Allah. Sehingga
dia layak disebut sebagai syahid. Karenanya jenazahnya tidak perlu
dimandikan,tidak perlu dikafankan, tidak perlu disholatkan, ia hanya dikuburkan
dengan pakaian lengkap tatkala ia terbunuh syahid.
2.
Syahid Dunia
Yaitu orang yang terbunuh
ketika dia berperang, tetapi dia tidak ikhlas karena Allah, bukan demi
menegakkan kalimat Allah (Islam). Soal niatnya, manusia selain dirinya tidak
ada yang tahu. Akan tetapi ketika jasadnya ditemukan terbunuh ketika berperang
melawan kafir, maka ia dihukumi sebagai syahid.Untuk syahid jenis pertama dan
kedua ini, terdapat beberapa pendapat. Menurut pendapat Al-Ahnaf (Hanafiyah),
mereka tidak dimandikan, tidak dikafani tetapi disholatkan. Menurut Hanabilah
(pengikut mazhab Hanbali) mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan dan tidak disholatkan.
Menurut Malikiyah : Mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan, tidak juga di
sholatkan. Dan, menurut Syafi’iyah, bahwa mereka tidak dimandikan, tidak
dimandikan dan tidak pula disholatkan”
3.
Syahid akhirat saja
Yaitu orang-orang yang mati karena sakit cacar/diare, tenggelam atau orang
yang mati tertimpa runtuhan (longsor) dan
semisalnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits Nabi. Orang yang termasuk
kategori ini dimandikan, dikafani juga disholatkan.
Allohu’alam wal
hamdulillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar