Selasa, 26 Mei 2015

MARTABAT PARA SYUHADA DAN KEUTAMAANYA

Bismillah
Syuhada (شُهَداء) merupakan bentuk jamak dari syahid (شَهيد) menurut ulama adalah  mereka yang hilang nyawanya demi meninggikan (memperjuangkan) kalimat Allah SWT [Kitab Ats-Tsamratul Jiyaad Fii Masaa-ili Fiq-hil Jihaad, hal 172]. 
Firman Allah Ta’ala :

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ 

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu 
hidup di sisi Rabb-Nya dengan mendapat rezeki. QS. Ali Imron: 169.

Syekh Abdurrahman As-Sa’di berkata: Artinya berjihad melawan musuh-musuh agama Allah subhanahu wata’ala, dalam rangka meninggikan kalimat Allah. (أَمْوَاتًا) yang bermakna mati maksudnya adalah janganlah tersirat di dalam benakmu dan prasangkamu bahwa mereka telah mati dan sirna serta telah menghilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan dari bersenang-senang dengan kemegahan hidup dunia, karena dengan mati di jalan Allah, mereka mendapatkan apa yang lebih besar dari apa yang menjadi impian bagi setiap muslim yaitu mereka hidup di sisi Rabb mereka dan mereka diberikan rizki dengan berbagai kenikmatan yang tidak merasakan keindahannya kecuali oleh orang yang diberikan nikmat oleh Allah dengannya”. [Tafsir As-Sa’di, halaman:124] baca pula QS. Ali Imron (3):169-174
Para Syuhada berada pada tempat yang paling tinggi di sisi Rabb mereka. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad didalam musnadnya dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Para syuhada berada pada bagian tertinggi surga di pintu surga, pada sebuah kubah berwarna hijau, rizki mereka dari surga keluar darinya baik pada waktu pagi atau siang. (Musnad Ahmad bin Hambal 4/220 no: 2390 dan Ibnu Katsir berkata di dalam kitab tafsirnya: 1/142 dan isnadnya jayyid)
Orang yg mati syahid mendapatkan enam hal di sisi Allah: Diampuni dosa-dosanya sejak pertama kali darahnya mengalir, diperlihatkan kedudukannya di surga, diselamatkan dari siksa kubur, dibebaskan dari ketakutan yg besar, dihiasi dgn perhiasan iman, dikawinkan dgn bidadari & dapat memberikan syafaat kepada tujuh puluh orang kerabatnya. [HR. Ibnumajah No.2789].

Semua keutamaan yang disebutkan di atas berupa Ayat Al Qur’an  maupun Al Hadist  tidak diberikan kecuali kepada mereka yang berjihad di jalan Allah SWT  untuk menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Musa Al-Asya’ari berkata: Seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad saw dan berkata: Seorang lelaki yang berperang untuk mendapatkan harta rampasan, dan seorang lelaki yang berperang untuk dikenang, dan seorang lelaki yang berperang untuk diketahui posisinya lalu siapakah yang berjuang di jalan Allah?. Rasulullah saw bersabda: Orang yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi maka dialah yang berperang di jalan Allah” (HR. Al-Bukhari no. 2810 dan Muslim no: 1904)
Adapun orang yang berperang di bawah panji-panji buta, nasionalisme, fanatisme atau kebebasan atau slogan-slogan palsu lainnya maka dia sama seperti apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw di dalam hadits riwayat Muslim di dalam kitab shahihnya: Barangsiapa yang berperang di bawah panji buta yang menyeru kepada fanatisme atau membela fanatisme maka kematiannya adalah kematian jahiliyah”. (HR. Muslim no: 1850)
Mati syahid tidak selalu diidentikan dengan mati di medan pertempuran, kembali kepada kesungguhan hati berupa niat yang tulus ikhlas dalam menegakkan kalimat Allah membuktikan ketaatan kepada Allah, Rosululloh dan ulil amri minkum sekalipun mati diatas ranjang syahid insya Allah didapat.   Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Sahl bin Hunaif dari bapakanya bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Barangsiapa yang memohon mati syahid kepada Allah dengan sebenarnya, maka Allah akan menyampaikannya pada tingkat orang yang mati syahid sekalipuin dirinya mati di atas ranjang tidurnya” (HR. Muslim no: 1909)
“Dari Abu Hurairah r.a, katanya, Rasulullah saw bersabda: Apa yang kalian ketahui tentang syahid?” Sahabat r.a menjawab: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid” Lalu Rasulullah saw bersabda: “Kalau begitu syahid di kalangan ummat ku sedikit”, Sahabat r.a berkata lagi, kalau begitu siapakah mereka ya Rasulullah ? Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, barang siapa yang mati di jalan Allah, maka dia syahid, barangsiapa yang mati karena cacar maka dia syahid, siapa yang mati terkena diare dia syahid ” (Shahih Muslim, Kitaabul Imaarah no. Hadist 3539) 
Imam Nawawi dalam syarah hadits Muslim diatas menyebutkan: Para ulama berkata: “Yang dimaksudkan syahid diatas adalah selain syahid Fie sabilillah (terbunuh ketika berperang di jalan Allah), mereka itu di akhirat memperoleh pahala para syuhada. Adapun di dunia, mereka dimandikan dan dishalatkan, dalam kitab Al-Iman telah dijelaskan masalah ini.
Adapun syuhada, terbagi kedalam Tiga jenis:
1.      Syahid Dunia Akhirat
Yang dimaksud syahid dunia akhirat adalah orang yang terbunuh ketika berperang di jalan Allah dengan niat yang ikhlas, tidak ada unsur riya, tidak juga berbuat ghulul (mencuri harta rampasan perang). Jenis inilah yang merupakan syahid yang sempurna dan syahid yang paling utama, baginya pahala dari sisi Allah Yang Maha Agung. Soal niat ikhlas atau tidaknya, hanya dia yang bersangkutan dan Allah yang tahu. Manusia hanya menghukumi secara zhahir bahwa dia mati terbunuh di jalan Allah. Sehingga dia layak disebut sebagai syahid. Karenanya jenazahnya tidak perlu dimandikan,tidak perlu dikafankan, tidak perlu disholatkan, ia hanya dikuburkan dengan pakaian lengkap tatkala ia terbunuh syahid.
2.      Syahid Dunia
Yaitu orang yang terbunuh ketika dia berperang, tetapi dia tidak ikhlas karena Allah, bukan demi menegakkan kalimat Allah (Islam). Soal niatnya, manusia selain dirinya tidak ada yang tahu. Akan tetapi ketika jasadnya ditemukan terbunuh ketika berperang melawan kafir, maka ia dihukumi sebagai syahid.Untuk syahid jenis pertama dan kedua ini, terdapat beberapa pendapat. Menurut pendapat Al-Ahnaf (Hanafiyah), mereka tidak dimandikan, tidak dikafani tetapi disholatkan. Menurut Hanabilah (pengikut mazhab Hanbali) mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan dan tidak disholatkan. Menurut Malikiyah : Mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan, tidak juga di sholatkan. Dan, menurut Syafi’iyah, bahwa mereka tidak dimandikan, tidak dimandikan dan tidak pula disholatkan”
3.      Syahid akhirat saja
Yaitu orang-orang yang mati karena sakit cacar/diare, tenggelam atau orang yang mati tertimpa runtuhan (longsor) dan semisalnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits Nabi. Orang yang termasuk kategori ini dimandikan, dikafani juga disholatkan.

Allohu’alam wal hamdulillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar