Selasa, 23 Februari 2016

SYUHADA BAHAGIA DUNIA DAN AKHERAT

SYUHADA BAHAGIA DUNIA DAN AKHERAT

Suatu hari ketika Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam berjalan di kota Madinah beliau berpapasan dengan seorang pemuda yang bernama Haritsah bin Suraqoh. Maka seraya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bertanya kepadanya dan mengatakan: “Ya Haritsah bagaimana keadaanmu di pagi hari ini?”.
Maka menjawab Haritsah: “Ya Rasulullah aku di pagi hari ini telah mencapai hakekat keimanan”.
Ketika mendengar jawaban tersebut Rasul pun berkata kepadanya: “Ya Haritsah segala sesuatu ada buktinya, dan mana bukti dari hakekat imananmu?”.

Maka berkata Haritsah: “Ya Rasulullah telah keluar dari hatiku mahabbah kepada dunia sehingga emas dan batu sama nilainya di mataku. Ya Rasulullah seakan akan arsy tuhanku dihadapanku sangat jelas, seakan akan penghuni surga mendapatkan ni’mat di surga dihadapanku sangat jelas, dan seakan akan penghuni neraka di neraka mendapatkan azab di neraka dihadapan mataku sanagat jelas. Ya Rasulullah di malam hari aku bergadang (bermunajat) dan di siang hari aku berpuasa”.

Ketika Rasul mendengar jawaban Haritsah seraya beliau mengatakan: “(Engkau adalah) hamba Allah yang telah memperoleh cahaya di hatimu. Ya Haritsah engkau telah mengetahui maka lazimilah”.
Maka haritsah berkata kepada rasulullah: “Ya Rasulullah doakan aku, aku ingin mati syahid di jalan Allah”. Maka Rasul-pun mendoakan agar haritsah mati syahid di jalan Allah.

Dihari yang sama Rasulullah saw berangkat keluar kota Madina bersama rombongan sahabat yang berjumlah lebih kurang 300 orang saja untuk mencegat kafilah dagang Abu Sofyan, namun yang terjadi adalah peperangan dengan kaum kafir Quraish di Badar yang dimenangkan oleh kaum muslimin, di riwayatkan bahwa yang terbunuh dari orang orang kafir 70 prajurit, dan yang tertawan 70 prajurit. Adapun yang mati syahid dari kaum muslimin 14 sahabat dan diantara mereka adalah Haritsah bin Suraqoh.

Maka ketika kembali Rasulullah dan para sahabat dari medan perang beliau dihadang oleh ibu Haritsah dan seraya menanyakan: “Ya Rasulallah aku tahu kalau anakku terbunuh di jalan Allah akan tetapi dimana anakku apakah di surga atau di neraka?”.

Maka Rasulullah menjawab: ” Wahai ibu Haritsah apakah kau tidak tahu? Sesungguhnya surga itu bukanlah hanya satu surga, akan tetapi surga itu banyak sekali tingkatannya. Dan sesungguhnya anakmu telah mencapai surga Firdaus yang paling tinggi”.

Sebelum bersinarnya cahaya Islam di Madinah, tercatatlah nama  Yasir dan Istrinya Sumayyah binti Khubbath serta seorang putra mereka ‘ammar yang mendapatkan penyiksaan secara keji diluar peri kemanusiaan sehingga Yasir dan Sumayyah menperoleh kesyahidan karena mempertahankan keimanan dan aqidah. Pada waktu itu, bagi kaum papa, fakir miskin, budak belian dan orang-orang perantau, menerima keislaman dan mempertahankan keimanan  merupakan suatu pengorbanan yang melampaui batas kemampuan yang lazim dari manusia dimasa itu. Penyiksaan yang keji hingga menimbulkan hilangnya nyawa menjadi konsekwensi iman.

Beberapa Keutamaan Mati Syahid
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

تَضَمَّنَ اللَّهُ لِمَنْ خَرَجَ فِي سَبِيلِهِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَإِيمَانًا بِي وَتَصْدِيقًا بِرُسُلِي فَهُوَ عَلَيَّ ضَامِنٌ أَنْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ أَرْجِعَهُ إِلَى مَسْكَنِهِ الَّذِي خَرَجَ مِنْهُ نَائِلًا مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ مَا مِنْ كَلْمٍ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَهَيْئَتِهِ حِينَ كُلِمَ لَوْنُهُ لَوْنُ دَمٍ وَرِيحُهُ مِسْكٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْلَا أَنْ يَشُقَّ عَلَى الْمُسْلِمِينَ مَا قَعَدْتُ خِلَافَ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَبَدًا وَلَكِنْ لَا أَجِدُ سَعَةً فَأَحْمِلَهُمْ وَلَا يَجِدُونَ سَعَةً وَيَشُقُّ عَلَيْهِمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنِّي وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أَغْزُو فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ

“Allah menjamin bagi orang yang berperang di jalan-Nya dan tidak ada yang mendorongnya keluar kecuali karena ingin jihad di jalan-Ku, dia beriman kepada-Ku, dan membenarkan para rasul-Ku, maka Aku menjamin akan memasukkannya ke dalam surga atau mengembalikannya pulang ke rumahnya dengan membawa kemenangan berupa pahala dan ghanimah (harta rampasan perang). Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak ada seseorang pun yang terluka dalam perang fi sabilillah, melainkan kelak di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan luka seperti semula, warnanya warna darah sementara baunya bau minyak kesturi. Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sekiranya tidak memberatkan kaum muslimin, sungguh selamanya aku tidak ingin ketinggalan untuk mengikuti setiap kavaleri di jalam Allah. Namun saya tidak mampu untuk menanggung biaya mereka, sedangkan mereka juga tidak memiliki kelapangan, padahal mereka merasa kecewa jika tidak ikut berperang bersamaku. Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya saya ingin sekali berperang fi sabilillah, kemudian saya terbunuh, lalu saya berperang lagi lalu saya terbunuh, setelah itu saya berperang lagi dan terbunuh.” (HR. Al-Bukhari no. 2797 dan Muslim no. 1876)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَا
يَجِدُ الشَّهِيدُ مِنْ مَسِّ الْقَتْلِ إِلَّا كَمَا يَجِدُ أَحَدُكُمْ مِنْ مَسِّ الْقَرْصَةِ

“Seorang mujahid tidak merasakan sakitnya mati kecuali sebagaimana salah seorang dari kalian merasakan sakitnya digigit semut.” (HR. At-Tirmizi no. 1668 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5813)

Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:

مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ

“Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid).” (HR. Al-Bukhari no. 2817 dan Muslim no. 1877)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُكَفِّرُ كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا الدَّيْنَ

“Yang terbunuh di jalan Allah (syahid) akan dihapuskan semua dosanya kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886)
Berdasarkan semua dalil-dalil di atas, sudah sepantasnya jika setiap muslim mengidam-idamkan  mati syahid ini, karena besarnya keutamaan yang diperoleh oleh mati syahid. Karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:
مَنْ طَلَبَ الشَّهَادَةَ صَادِقًا أُعْطِيَهَا وَلَوْ لَمْ تُصِبْهُ
“Barangsiapa yang memohon syahadah (mati syahid) dengan jujur, maka dia akan diberikan (pahala) syahadah meskipun dia tidak mati syahid.”(HR. Muslim no. 3531)

Dalam riwayat lain, “Barangsiapa yang meminta kepada Allah syahadah (mati syahid) dengan jujur dari dalam hatinya, niscaya Allah akan menyampaikan dia ke jenjang syahadah walaupun dia meninggal di atas tempat tidurnya.”
Hanya saja perlu diingat bahwa semua keutamaan di atas hanya akan menghapuskan dosanya yang telah dia perbuat kepada Allah. Adapun dosa dia kepada sesama makhluk, maka dalil-dalil tetap berlaku umum bahwa Allah tidak akan mengampuninya sampai dia meminta kehalalan dari saudaranya.
Semoga Allah SWT menganugrahkan mati syahid bagi kita semua. Aamin

Allohu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar